Potret Cerita Anak SD

Namaku Naufal Nail Arzaq. Aku tinggal di Gampong Keudah, Kota Banda Aceh. Di kampungku, kebanyakan orang beragama Islam, termasuk aku dan keluargaku. Setiap hari aku mendengar suara azan dari masjid yang dekat dengan rumahku. Tapi yang menarik, di kampungku juga ada kuil Hindu. Kami semua hidup rukun dan damai walaupun berbeda keyakinan.
Aku sekarang duduk di kelas 5 SD Negeri 6 Kota Banda Aceh. Di sekolah, aku sering belajar tentang pentingnya sikap saling menghormati antarumat beragama. Guru-guruku selalu mengajarkan kami untuk hidup rukun dan menjaga persatuan.
Suatu hari, aku melihat perayaan agama Hindu di dekat kuil. Orang-orang Hindu memakai baju berwarna-warni dan membawa bunga serta buah untuk persembahan. Mereka berdoa sambil menyanyikan lagu pujian dengan musik khas mereka. Aku menonton dari jauh dengan tertib dan tidak mengganggu. Aku merasa kagum melihat cara mereka beribadah dengan khusyuk dan penuh semangat. Setelah selesai, mereka mengarak patung dewa keliling kampung.
Saat iring-iringan itu lewat, aku dan teman-teman berdiri di pinggir jalan sambil tersenyum. Kami menghormati mereka dengan tidak membuat keributan atau menertawakan. Mereka pun membalas dengan senyuman ramah. Aku merasa senang karena bisa melihat perbedaan budaya secara langsung. Itu adalah pengalaman yang sangat berharga bagiku. Aku jadi lebih memahami bahwa setiap orang punya cara sendiri untuk beribadah kepada Tuhan.
Aku diajarkan oleh guru dan orang tuaku bahwa kita harus saling menghargai walaupun berbeda agama. Islam mengajarkan umatnya untuk hidup rukun dan tidak membenci orang lain. Aku merasa beruntung tinggal di Gampong Keudah, karena kampung kami dikenal sebagai Gampong Toleransi. Masjid dan kuil bisa berdiri berdampingan, dan orang-orangnya hidup damai. Kami sering saling membantu dan tidak saling mencampuri urusan ibadah.
Dari pengalaman ini, aku belajar bahwa toleransi itu sangat penting. Dengan toleransi, kita bisa hidup damai, rukun, dan saling menghormati. Kita jadi bisa saling belajar dan memahami perbedaan yang ada. Aku juga jadi lebih menghargai teman-temanku yang berbeda agama. Semoga semua anak di Indonesia bisa belajar saling menghormati seperti di kampungku, Gampong Keudah.
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Berita Lainnya :
- Ucapara peringatan hari pendidikan Nasional tahun 2025
- Simulasi UNBK Kelas 6 tahun 2025
- Mewujudkan Semangat Ki Hadjar Dewantara di Era Digital
- Monev oleh pengawas PAI, Ibu Farida Ariani
- Selamat Hari Buku Sedunia
Silahkan Isi Komentar dari tulisan berita diatas :
Komentar :
Kembali ke Atas